Tugas Kelompok II
MAKALAH
“MENDESKRIPSIKAN
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA”
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah: EKOLOGI HEWAN
Dosen Pengampuh: Usmiyatun, M.Pd.
Disusun Oleh:
MAHMUDAH NIM:
1301140339
AYU PURNAMA SARI NIM: 1301140321
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALANGKA RAYA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat allah
SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaian
makalah yang amat sederhana ini, meskipun sangat jauh dari kata sempurna.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjuungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kita umat beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “MENDESKRIPSIKAN
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA”.
Selain itu juga untuk menambah ilmu, dan wawasan bagi para pembaca tentang “EKOLOGI
HEWAN”.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini
berguna bagi pembaca. Kritik dan saran
yang membangun selalu penulis harapkan demi perbaian makalah ini. Segala
sesuatu yang benar itu datangnya dari Allah, dan apabila ada salah atau
kekurangan itu datangnya dari penulis sendri. Semoga bermanfaat
Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Palangkaraya, September
2015
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman
awal............................................................................................................................... i
Kata
pengantar............................................................................................................................ ii
Daftar
isi.................................................................................................................................... iii
BAB
I......................................................................................................................................... 1
Pendahuluan................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
Pembahasan................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Lingkungan Bagi
Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya......................... 3
B. Hewan Poikilotermi............................................................................................................. 4
C. Hewan
Homeotermi............................................................................................................. 5
D. Respom
Adaptasi................................................................................................................. 6
E. Kisaran
Toleransi dan Faktor Pembatas............................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 10
Penutup..................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 10
B. Saran.................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Lingkungan hidup hewan adalah
segala sesuatu yang ada di sekeliling hewan dimana ia beraktivitas,
berinteraksi dan beradaptasi. Perhatikan apa yang ada di sekeliling hewan yang
sedang melakukan aktivitas, baik hewan yang sedang beraktivitas sendiri, dengan
kelompoknya atau dengan hewan jenis lain. Anda amati dan perhatikan, berapa
banyak unsur-unsur lingkungan yang ada di sekeliling hewan tersebut.
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan
abiotik yang ada di sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Dalam konsep rantai
makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai
produsen. Hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya
masing-masing. Dalam suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan
semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan
abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan
lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya.
Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar
komunitas.
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk
menghadapi kondisi faktor lingkungan
abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-luasnya.
Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadapsemua
semua faktor lingkungan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan
Sumber Daya?
2.
Apa yang dimaksud dengan hewan
poikilotermi?
3.
Apa yang dimaksud dengan hewan
homeotermi?
4.
Apa saja respon adaptasi pada hewan?
5.
Bagaimana kisaran toleransi dan factor pembatas?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Memahami Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber
Daya?
2.
Dapat menjelaskan hewan poikilotermi?
3.
Dapat Menjelaskan hewan homeotermi?
4.
Memahami respon adaptasi pada hewan?
5.
Memahami dan dapat menjelaskan kisaran toleransi dan factor pembatas?
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.
Pengertian Lingkungan Bagi Hewan
Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan
abiotik yang ada di sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat
hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu lingkungan yang menyediakan
kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.
membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu; Kondisi dan
Sumberdaya.
Kondisi adalah
faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai
dengan perbedaan tempat dan waktu. Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan,
yang berupa perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan
antara lain berupa.; temperature,kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina,
tekanan, zat-zat organic dan anorganik.
Sumberdaya adalah segala
sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapat dibedakan atas materi,
energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan suatu faktor abiotik maupun biotik yang diperlukan oleh
hewan, karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah
dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat)
dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selalu dapat
beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian
diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat
bertahan hidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau
beremigrasi bahkan akan punah. Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara
garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;
1.
Perubahan lingkungan yang siklik.
2.
Perubahan lingkungan yang terarah
dan
3.
Perubahan lingkungan yang eratik.
Perubahan lingkungan yang siklik merupakan perubahan
lingkungan yang mempengaruhi lingkungan
hewan karena perubahannya terjadi secara berulang atau berirama misalnya
perubahan pada lingkungan laut berupa pasang dan surut, perubahan siang dan
malam, perubahan musim kemalau dan musim penghujan, dan sebagainya.
Perubahan iklim tersebut adalah perubahan yang terjadi
secara siklik dan terpola secara rutin. Karena perubahan tersebut, maka
menyebabkan kondisi dan sumberdaya lingkungan yang di butuhkan oleh hewan juga
berubah. Perubahan mungkin terjadi pada makanan udara atau iklim mikronya.
Perubahan ini akan menyebabkan perubahan pada aspek fisiologi dan metabolisme
tubuh kelompok hewan tersebut.
Perubahan lingkungan terarah, merupakan perubahan yang
terjadi secara berangsur terus-menerus dan progresif menuju ke arah tertentu.
Proses perubahan ini berlangsungnya lama melebihi usia individu hewan, seperti
misalnya, erosi progresif garis pantai atau pengendapan lumpur.
Perubahan lingkungan eratik merupakan perubahan yang
tida berpola dan tidak menunjukan konsisteminasi dalam hal arah perubahannya.
Misalnya, banjir dan kebakaran.
B.
Hewan Poikilotermi
Hewan poikilotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh
panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan
yang suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut
hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah dingin.
Dikatakan berdarah dingin karena rata-rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi,
yaitu mulai dari golongan protozoa sampai reptil. Aves dan mamalia merupakan
hewan-hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan-hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung pada sumber
panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan-hewan ektoterm
sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya
atau disebut sebagai penyelaras (konfermer).
Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di
bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis
enzim tidak aktif bekerja, sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih
ditolelir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya
dan segala aktivitasnya pun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi
sangat lamban, sehingga akan mudah bagi predator untuk menangkapnya.
Sebenarnya hewan-hewan ektotermi berkemampuan juga
untuk mengatur suhu tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak
fisiologis sifatnya melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu
panas, hewan ektoterm akan berlindung di tempat-tempat teduh, bila suhu
lingkungan turun hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam
diri ditempat-tempat yang memberikan kehangatan baginya.
C.
Hewan
homeotermi
Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat
mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan
suhu tubuhnya, misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam
istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan
homeoterm adalah hewan-hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu
konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Hewan-hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan
yang berubah -ubah, suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan-hewan ini
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan
produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat
endotermi). Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui
mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan-hewan homeotermi memiliki organ
sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat
atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan-hewan homeotermi
biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur
suhu tubuh sehingga selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
D.
Adaptasi Struktural
1.
Adaptasi terhadap panas dan kekeringan
Tantangan utama bagi hewan dalam
lingkungan panas dan kering adalah jumlah air serta pengaturan temperature.
Untuk hewan-hewan endoderms, mekanisme utama untuk mendinginkan tubuh dan
mengurangi penguapan air dilakukan baik melalui pernafasan atau dengan
mengeluarkan keringat yang membasahi kulit terutama bagi hewan mamalia yang
memiliki kelenjar peluh. Binatang dengan badan yang ditutupi oleh bulu telah
membatasi kemampuan untuk berkeringat dan sangat tergantung pada suara
terengah-engah untuk meningkatkan penguapan air melalui permukaan lidah dan
mulutnya yang lembab.
2.
Adaptasi terhadap lingkungan laut
Lingkungan laut memiliki masalah
serupa dengan lingkungan kering, yakni tidak adanya air yang bersih untuk
kkeperluan tubuh. Ikan bertulang melakukan osmoregulator dalam hal ini
mengendalikan lingkungan dengan kadar garam tinggi dengan cara meminum air laut
dan kemudia menghilangkan garamnya melalui pompa yang terdapat dalam insang.
Dengan cara yang sama, burung laut meminum air laut dan mengeliminasi garam
mmelalui susunan organ kelenjar garam yang terdapat dalam duburnya.
3.
Adaptasi terhadap konsentrasi oxygen rendah
Tekanan barometric yang rendah
mengindikasikan dengan ketersediaan oksigen yang rendah. Untuk hewan-hewan yang
berada pada kondisi oksigen yang rendah di udara juga menyajikan satu bentuk
kekuatan evolusioner tentang ilmu faal. Setiap organism di permukaan bumi
merepresentasikan suatu usaha keberhasilan mengadaptasikan diri terhadap suatu
lingkungan spesifik kearah keanekaragaman hayati yang mengesankan yang hidup
hari ini.
E. Kisaran
toleransi dan factor pembatas
Organism
hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang dapat ditoleransinya. Menurut
hokum tolenransi shelford : “Setiap organism mempunyai kisaran minimum dan
maksimum toleransi ekologi terdapat suatu fakor lingkungannya. Kisaran maksimum
ini yang disebut batas atas sedangkan kisaran minimum ini yang disebuut batas
bawah.”
Dalam
kondisi factor yang mendekati batas-batas kisaran toleransi tersebut, organism
akan berada dalam suatu kondisi tegangan fisologis misalnya kondisi suhu eksrim
yang menentukan keberlangsungan hidupnya.
Hewan
dalam kondisi suhu ekstrim dingin akan menunjukkan gejala hipotemia dan bila
ekstrim panas akan menunjukkan gejala hipertemia. Apabila hewan berada kondisi
demikian dan berlangsung lama karena tidak segera berubah kea rah lebih baik,
maka hewan akan segera mati.
Kisaran
toleransi suatu individu atau populasi hewan ditentukan secara herediter. Namun
sifat yang sudah diturunkan ini dapat berubah oleh proses aklimatisasi atau
aklimasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
mempelajari tentang Deksripsi hewan dan lingkungannya maka dapat disimpulkan
beberapa hal bahwa :
1.
Kondisi adalah
faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai
dengan perbedaan tempat dan waktu.
2.
Hewan poikilotermi adalah hewan
yang untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh
panas yang berasal dari lingkungan.
3.
Hewan endotermi adalah kelompok
hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk
mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya.
4.
Adaptasi Struktural terdiri atas 3 adaptasi yaitu
adapasi terhadap panas dan kekeringan, adaptasi terhadap lingkungan laut, dan
adaptasi erhadap konsentrasi oxygen rendah.
5.
Kisaran toleransi dan factor pembatas setiap hewan
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan hidupnya dengan lingkungan disekitarnya.
B.
Saran
Sebagai penulis kami sangat
megharapkan kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi baik sehingga
data dijadikan referensi yang baik untuk penulisan makalah selanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukarsono. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press, 2009