Minggu, 27 September 2015

MENDESKRIPSIKAN HEWAN DAN LINGKUNGANNYA



Tugas Kelompok II

MAKALAH
MENDESKRIPSIKAN HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: EKOLOGI HEWAN
Dosen Pengampuh: Usmiyatun, M.Pd.



Disusun Oleh:
MAHMUDAH                                   NIM: 1301140339
AYU PURNAMA SARI                   NIM: 1301140321



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaian makalah yang amat sederhana ini, meskipun sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjuungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kita umat beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “MENDESKRIPSIKAN HEWAN DAN LINGKUNGANNYA”. Selain itu juga untuk menambah ilmu, dan wawasan bagi para pembaca tentang “EKOLOGI HEWAN”.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini berguna bagi pembaca.  Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi perbaian makalah ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari Allah, dan apabila ada salah atau kekurangan itu datangnya dari penulis sendri. Semoga bermanfaat
Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Palangkaraya,  September  2015


PENYUSUN


DAFTAR ISI


Halaman awal............................................................................................................................... i
Kata pengantar............................................................................................................................ ii
Daftar isi.................................................................................................................................... iii
BAB I......................................................................................................................................... 1
Pendahuluan................................................................................................................................ 1
A.    Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
Pembahasan................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya......................... 3
B.  Hewan Poikilotermi............................................................................................................. 4
C.  Hewan Homeotermi............................................................................................................. 5
D. Respom Adaptasi................................................................................................................. 6
E.  Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas............................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 10
Penutup..................................................................................................................................... 10
A.    Kesimpulan........................................................................................................................ 10
B.     Saran.................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 11


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Lingkungan hidup hewan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling hewan dimana ia beraktivitas, berinteraksi dan beradaptasi. Perhatikan apa yang ada di sekeliling hewan yang sedang melakukan aktivitas, baik hewan yang sedang beraktivitas sendiri, dengan kelompoknya atau dengan hewan jenis lain. Anda amati dan perhatikan, berapa banyak unsur-unsur lingkungan yang ada di sekeliling hewan tersebut.
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar komunitas.
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadapsemua semua faktor lingkungan.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya?
2.      Apa yang dimaksud dengan hewan poikilotermi?
3.      Apa yang dimaksud dengan hewan homeotermi?
4.      Apa saja respon adaptasi pada hewan?
5.      Bagaimana kisaran toleransi dan factor pembatas?


C.     Tujuan penulisan
1.      Memahami Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya?
2.      Dapat menjelaskan hewan poikilotermi?
3.      Dapat Menjelaskan hewan homeotermi?
4.      Memahami respon adaptasi pada hewan?
5.      Memahami dan dapat menjelaskan kisaran toleransi dan factor pembatas?




BAB II
PEMBAHASAAN
A.    Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan. membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu; Kondisi dan Sumberdaya.
Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu. Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa.; temperature,kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat organic dan anorganik.
Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapat dibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan suatu faktor abiotik maupun biotik yang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selalu dapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat bertahan hidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau beremigrasi bahkan akan punah. Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;
1.      Perubahan lingkungan yang siklik.
2.      Perubahan lingkungan yang terarah dan
3.      Perubahan lingkungan yang eratik.
Perubahan lingkungan yang siklik merupakan perubahan lingkungan yang mempengaruhi  lingkungan hewan karena perubahannya terjadi secara berulang atau berirama misalnya perubahan pada lingkungan laut berupa pasang dan surut, perubahan siang dan malam, perubahan musim kemalau dan musim penghujan, dan sebagainya.
Perubahan iklim tersebut adalah perubahan yang terjadi secara siklik dan terpola secara rutin. Karena perubahan tersebut, maka menyebabkan kondisi dan sumberdaya lingkungan yang di butuhkan oleh hewan juga berubah. Perubahan mungkin terjadi pada makanan udara atau iklim mikronya. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan pada aspek fisiologi dan metabolisme tubuh kelompok hewan tersebut.
Perubahan lingkungan terarah, merupakan perubahan yang terjadi secara berangsur terus-menerus dan progresif menuju ke arah tertentu. Proses perubahan ini berlangsungnya lama melebihi usia individu hewan, seperti misalnya, erosi progresif garis pantai atau pengendapan lumpur.
Perubahan lingkungan eratik merupakan perubahan yang tida berpola dan tidak menunjukan konsisteminasi dalam hal arah perubahannya. Misalnya, banjir dan kebakaran.

B.     Hewan Poikilotermi
Hewan poikilotermi adalah hewan yang  untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah dingin. Dikatakan berdarah dingin karena rata-rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai dari golongan protozoa sampai reptil. Aves dan mamalia merupakan hewan-hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan-hewan tersebut  panas tubuhnya sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan-hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer).
Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja, sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnya pun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban, sehingga akan mudah bagi predator untuk menangkapnya.
Sebenarnya hewan-hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan ektoterm akan berlindung di tempat-tempat teduh, bila suhu lingkungan turun hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat-tempat yang memberikan kehangatan baginya.

C.     Hewan homeotermi
Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan-hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Hewan-hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah -ubah, suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan-hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi). Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan-hewan homeotermi memiliki organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan-hewan homeotermi biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
D.    Adaptasi Struktural
1.      Adaptasi terhadap panas dan kekeringan
Tantangan utama bagi hewan dalam lingkungan panas dan kering adalah jumlah air serta pengaturan temperature. Untuk hewan-hewan endoderms, mekanisme utama untuk mendinginkan tubuh dan mengurangi penguapan air dilakukan baik melalui pernafasan atau dengan mengeluarkan keringat yang membasahi kulit terutama bagi hewan mamalia yang memiliki kelenjar peluh. Binatang dengan badan yang ditutupi oleh bulu telah membatasi kemampuan untuk berkeringat dan sangat tergantung pada suara terengah-engah untuk meningkatkan penguapan air melalui permukaan lidah dan mulutnya yang lembab.
2.      Adaptasi terhadap lingkungan laut
Lingkungan laut memiliki masalah serupa dengan lingkungan kering, yakni tidak adanya air yang bersih untuk kkeperluan tubuh. Ikan bertulang melakukan osmoregulator dalam hal ini mengendalikan lingkungan dengan kadar garam tinggi dengan cara meminum air laut dan kemudia menghilangkan garamnya melalui pompa yang terdapat dalam insang. Dengan cara yang sama, burung laut meminum air laut dan mengeliminasi garam mmelalui susunan organ kelenjar garam yang terdapat dalam duburnya.
3.      Adaptasi terhadap konsentrasi oxygen rendah
Tekanan barometric yang rendah mengindikasikan dengan ketersediaan oksigen yang rendah. Untuk hewan-hewan yang berada pada kondisi oksigen yang rendah di udara juga menyajikan satu bentuk kekuatan evolusioner tentang ilmu faal. Setiap organism di permukaan bumi merepresentasikan suatu usaha keberhasilan mengadaptasikan diri terhadap suatu lingkungan spesifik kearah keanekaragaman hayati yang mengesankan yang hidup hari ini.

E.     Kisaran toleransi dan factor pembatas
Organism hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang dapat ditoleransinya. Menurut hokum tolenransi shelford : “Setiap organism mempunyai kisaran minimum dan maksimum toleransi ekologi terdapat suatu fakor lingkungannya. Kisaran maksimum ini yang disebut batas atas sedangkan kisaran minimum ini yang disebuut batas bawah.”
Dalam kondisi factor yang mendekati batas-batas kisaran toleransi tersebut, organism akan berada dalam suatu kondisi tegangan fisologis misalnya kondisi suhu eksrim yang menentukan keberlangsungan hidupnya.
Hewan dalam kondisi suhu ekstrim dingin akan menunjukkan gejala hipotemia dan bila ekstrim panas akan menunjukkan gejala hipertemia. Apabila hewan berada kondisi demikian dan berlangsung lama karena tidak segera berubah kea rah lebih baik, maka hewan akan segera mati.
Kisaran toleransi suatu individu atau populasi hewan ditentukan secara herediter. Namun sifat yang sudah diturunkan ini dapat berubah oleh proses aklimatisasi atau aklimasi.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah mempelajari tentang Deksripsi hewan dan lingkungannya maka dapat disimpulkan beberapa hal bahwa :
1.      Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.
2.      Hewan poikilotermi adalah hewan yang  untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan.
3.      Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya.
4.      Adaptasi Struktural terdiri atas 3 adaptasi yaitu adapasi terhadap panas dan kekeringan, adaptasi terhadap lingkungan laut, dan adaptasi erhadap konsentrasi oxygen rendah.
5.      Kisaran toleransi dan factor pembatas setiap hewan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan hidupnya dengan lingkungan disekitarnya.
B.     Saran
Sebagai penulis kami sangat megharapkan kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi baik sehingga data dijadikan referensi yang baik untuk penulisan makalah selanjutannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sukarsono. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press, 2009

DEFINISI EKOLOGI DAN KONSEP EKOLOGI HEWAN


COVER

MAKALAH
“DEFINISI EKOLOGI DAN KONSEP EKOLOGI HEWAN”

Disusun Oleh :
Isnani Haryati            (1301140331)
Novia Nur Anggraini (1301140341)




Disusun untuk Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah              : Ekologi Hewan
Dosen Pengampu          : Usmiyatun, M.Pd




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa  melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan para pembaca agar lebih memahami dan mengerti tentang Definisi Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan.
            Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga dapat membantu memajukan serta memiliki kemampuan yang lebih baik lagi dalam penyusunan makalah selanjutnya. Atas perhatian kami mengucapkan terima kasih.


                                   


                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI








BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Berasal dari kata oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernest Haeckel. Dalam ekologi dan makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Lingkungan bagi hewan adalah semmua factor biotic dan abiotik yang ada disekitarnya dan dapat mempengaruhinya.  Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen dan tumbuhan sebagai produsen. Hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof. Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam satu habitat terdapat lebih dari satu jenis hewan dan semuanya berada dalam suatu komunitas. Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem.
Apabila ditinjau dari segi proses alam, sesungguhnya ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah peradaban manusia. Manusia, seperti halnya makhluk-makhluk hidup lainnya selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya, demikian juga interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang kompleks, karena di dalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen yang disebut komponen lingkungan hidup. Berdasarkan konsep dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut juga disebut komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.


Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam bagi manusia adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup, berkembang, maupun mati. Akan tetapi juga mempunyai makna filosofis tersendiri. Alam adalah guru bagi makhluk yang hidup di dalamnya. Dia dapat mempelajari apa saja yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu lingkungan merupakan laboratorium alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum banyak yang menyadari dan memanfaatkannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian ekologi hewan?
2.      Apa saja konsep ekologi hewan?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian ekologi.
2.      Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep ekologi hewan.





BAB II

PEMBAHASAN


A.    Definisi Ekologi

Definisi ekologi pertama kali disampaikan oleh Ernest Haekel pada tahun 1869. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat hidup atau habitat dan logos berarti ilmui atau studi atau kajian. Jadi ekologi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang berkaitan dengan rumah makhluk hidup. [1]
Menurut beberapa ahli ekologi mereka mendefinisikan ekologi sebagai berikut : Begon berpendapat bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan kemelimpahan makhluk hidup dan interaksi yang disebabkan oleh distribusi dan kemelimpahan tersebut.[2] Odum mengartikan ekologi sebagai totalitas atau pola hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut Irwan ekologi adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Dapat juga didefinisikan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh factor lingkungan terhadap makhluk hidup. Bahkan menurutnya ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungan tempat mereka hidup, bagaimana kondisi kehidupannya, dan mengapa mereka ada atau hidup di lingkungan tersebut. Kendeigh mengemukakan bahwa ekologi adalah ilmu yang mencoba mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organisme yang lain serta lingkungannya. Hubungan timbal balik itu merupakan kenyataan yang telah terbukti sebagai respons organisme dalam cara-caranya berhubungan dengan organisme lain maupun dengan semua komponen lingkungannya. Hubungan timbal balik atau yang dikenal dalam pengetahuan ekologi sebagai interaksi antara hubungan yang sangat erat dan kompleks, sehingga ekologi disebut juga sebagai biologi lingkungan. Sedangkan Krebs


berpendapat bahwa ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran (distribusi) dan kelimpahan organisme-organisme.
Secara umum, ekologi merupakan salah satu cabang biologi yang merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya atau ilmu yang mempelajari pengaruh factor lingkungan terhadap jasad hidup. Ekologi merupakan suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, penyebaran materi (unsur hara), energi serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut. Ini membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya, serta dengan semua komponen yang ada disekitarnya.
Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotik dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut. 
Lingkungan merupakan gabungan dari berbagai komponen fisik maupun hayati yang yang berpengaruh terhadap kegiatan organisme yang ada di dalamnya. Jadi, lingkungan disini mempunyai arti luas yang mencakup semua hal yang ada di luar organisme yang bersangkutan, misalnya radiasi matahari, suhu, curah hujan, kelembaban, topografi, parasit, predator, dan kompetitor.   
Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan komponen di sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat kepada manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk hidup) dalam kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan. Selanjutnya dengan adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak tahun 1968 sedangkan di Indonesia sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai memikirkan masalah pencemaran, daerah-daerah alami, hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek rumah kaca atau pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya telah memberikan efek yang mendalam atas teori ekologi. Ekologi merupakan disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.
Ekologi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Autekologi yaitu membahas pengkajian individu organisme atau spesies yang mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu spesies hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.) mulai dari habitat, makanan, reproduksi, perilaku, respon dan lain-lain.
2.      Sinekologi yaitu membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut. Contohnya mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut.[3]

B.     Konsep Ekologi Hewan

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropic. Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia Mempelajari ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada lingkungan di sekitar kita. Meskipun ekologi adalah cabang dari biologi, namun seorang ahli ekologi harus menguasai ilmu lain seperti kimia, fisika, dan ilmu komputer. Ekologi juga berhubungan dengan bidang ilmu-ilmu tertentu seperti geologi, meteorologi, dan oseanografi, guna mempelajari lingkungan dan hubungannya antara tanah, air, dan udara. Pendekatan dari berbagai ilmu membantu ahli ekologi untuk memahami bagaimana lingkungan nonhidup mempengaruhi mahkluk hidup. Hal ini juga bisa membantu untuk memperkirakan atau meramalkan dampak dari masalah lingkungan seperti hujan asam atau efek rumah kaca. Ahli ekologi mempelajari organisasi alam dalam tiga tingkatan: yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem Mereka menganalisa struktur, aktifitas dan perubahan yang terjadi di dalam dan diantara tingkatan-tingkatan ini. Ahli ekologi biasanya bekerja di lapangan, mempelajari cara kerja alam.
Mereka sering berada di wilayah yang terisolasi seperti di sebuah kepulauan dimana hubungan antara tanaman dan binatang mungkin lebih sederhana dan mudah untuk dipahami. Misalnya ekologi dari Isle Royale sebuah pulau di danau Superior telah dipelajari secara luas. Banyak ilmuwan yang memfokuskan pada cara memecahkan suatu masalah, seperti bagaimana cara mengendalikan efek kerusakan polusi udara dan air yang berpengaruh terhadap mahkluk hidup.[4] Dalam hal ini, kerusakan yang terjadi di lingkungan adalah karena perbuatan manusia, seperti yang tertera dalam Q.S ar-Rum : 41.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

1.      Populasi

Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan. Jumlah dari suatu populasi tergantung pada pengaruh dua kekuatan dasar, Pertama adalah jumlah yang sesuai bagi populasi untuk hidup dengan kondisi yang ideal. Kedua adalah gabungan  berbagai efek kondisi faktor lingkungan yang kurang ideal yang membatasi pertumbuhan. Faktor-faktor yang membatasi diantaranya ketersediaan jumlah makanan yang rendah,  pemangsa, persaingan dengan mahkluk hidup sesama spesies atau spesies lainnya, iklim dan  penyakit. Jumlah terbesar dari populasi tertentu yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu disebut dengan kapasitas beban lingkungan untuk spesies tersebut. Populasi yang normal biasanya lebih kecil dari kapasitas beban lingkungan bagi mereka disebabkan oleh efek cuaca yang buruk, musim mengasuh bayi yang kurang bagus, perburuan oleh predator, dan faktor-faktor lainnya.

2.              Komunitas

Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara bersama di dalam suatu lingkungan. Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara dan pohon birch adalah  beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan di Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing spesies yang berbeda di dalam komunitas mereka. Sebuah komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang yang mencakup wilayah yang sangat luas disebut bioma. Batas-batas bioma yang berbeda pada umumnya ditentukan oleh iklim. Bioma yang utama termasuk diantaranya padang pasir, hutan, tundra, dan beberapa tipe bioma air.
Peran suatu spesies di dalam komunitasnya disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang dimakan atau apa yang digunakan untuk energi, predator yang memangsa, jumlah panas, cahaya atau kelembaban udara yang dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat direproduksi.

3.              Ekosistem

Sebuah ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam. Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim, tanah, air, udara, nutrien dan energi. Ahli ekologi sistem adalah mereka yang mencoba menghubungkan bersama  beberapa perbedaan aktifitas fisika dan biologi di dalam suatu lingkungan. Penelitian mereka seringkali terfokus pada aliran energi dan perputaran material-material yang ada di dalam sebuah ekosistem.
a.               Aliran Energi
Para ahli ekologi mengkategorikan elemen-elemen yang membentuk atau yang memberi efek  pada sebuah ekosistem menjadi 6 bagian utama berdasarkan pada aliran energi dan nutrien yang mengalir pada sistem yaitu Matahari, bahan-bahan anorganik, produsen, konsumen pertama, konsumen kedua dan pengurai. Sebuah ekosistem yang sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : Matahari menyediakan energi yang hampir dibutuhkan semua produsen untuk membuat makanan. Produsen terdiri dari tanaman-tanaman hijau seperti rumput dan pohon yang membuat makanan melalui proses fotosintesis. Tanaman juga membutuhkan bahan-bahan abiotik seperti air dan pospor untuk tumbuh. Yang termasuk konsumen pertama diantaranya tikus, kelinci, belalang dan binatang  pemakan tumbuhan lainnya. Ular, macan dan konsumen kedua lainnya atau yang biasa disebut dengan predator adalah pemakan binatang. Pengurai seperti jamur dan bakteri, menghancurkan tanaman dan binatang yang telah mati menjadi nutrien-nutrien sederhana. Nutrien-nutrien tersebut kembali ke dalam tanah dan digunakan kembali oleh tanaman-tanaman.
b.      Perputaran material-material
Semua benda hidup terdiri dari unsur-unsur kimia tertentu dan senyawa-senyawa kimia. Diantaranya adalah air, karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, fospor dan sulfur. Semua material-material ini berputar melalui ekosistem secara terus menerus. Perputaran fospor misalnya, semua organisme membutuhkan fospor. Tanaman mengambil senyawa fospor dari dalam tanah dan  binatang memperoleh fospor dari tanaman dan binatang lainya yang dimakan. Pengurai mengembalikan fospor ke dalam tanah setelah tanaman dan binatang mati. Di alam ekosistem-ekosistem yang tidak terganggu jumlah fosfor adalah tetap, tetapi ketika sebuah ekosistem terganggu terutama oleh aktifitas manusia, fospor seringkali bocor keluar. Hal ini akan mengurangi kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan tanaman. Salah satu contoh adalah ketika manusia merubah hutan menjadi lahan pertanian. Dengan tidak adanya hutan yang melindungi maka fospor hanyut bersama tanah dan tersapu ke dalam sungai atau danau. Hal ini sangat mengganggu pertumbuhan algae. Pada akhirnya fospor terjebak di dalam endapan lumpur di dasar danau atau lautan. Karena kehilangan fospor maka petani harus membeli pupuk yang mahal untuk mengembalikan unsur fospor tersebut kedalam tanah
Perubahan ekosistem muncul setiap hari, secara musiman dan ketika terjadi suksesi (peralihan) ekologi sepanjang masa. Kadangkala perubahan terjadi secara berulang-ulang dan secara mendadak, seperti ketika terjadi kebakaran hutan atau ombak tsunami yang menyapu pantai. Perubahan yang paling terjadi dari hari ke hari terutama pada lingkaran nutrien, yang tidak kelihatan sekali, ekosistem-ekosistem kelihatannya cenderung stabil. Kestabilan yang nyata diantara tanaman dan binatang dan lingkungannya disebut keseimbangan alam. Mempelajari ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada lingkungan di sekitar kita.





BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Pengertian ekologi hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotik dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.
2.      Konsep dasar pengetahuan ekologi hewan adalah semua komponen ekologi tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.

B.     Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami definisi dan konsep ekologi hewan dan membangkitkan kesadaran kita akan peduli lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA


Indriyanto. 2012.  Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Suheriyanto.  2008. Ekologi Serangga. Malang : UIN-Malang Press.
Zoer’aini, Djamal. 2010.  Prinsip-Prinsip Ekolog. Jakarta : Bumi Aksara.




[1] Indriyanto, Ekologi Hutan, Jakarta : Bumi Aksara, 2012, h.2.
[2] Suheriyanto, Ekologi Serangga, Malang : UIN-Malang Press, 2008, h.1.
[3] Zoer’aini Djamal Irwan, Prinsip-Prinsip Ekologi, Jakarta : Bumi Aksara, 2010, h.11.
[4] https://www.academia.edu/6507874/konsep_ekologi. diakses tanggal 15 September 2015 jam 16.00.